Pages

Selasa, 27 September 2011

Soal LAPORAN AWAL & AKHIR 3EB

<!--[if gte mso 9]> Normal 0 false false false EN-US X-NONE X-NONE MicrosoftInternetExplorer4

PRAKTIKUM AKUNTANSI PERBANKAN

SOAL LAPORAN AWAL

MINGGU 1

1. Apa yang dimaksud dengan Bank?

2. Apa pengertian dari Sistem Aplikasi Perbankan?

3. Apa yang dimaksud dengan:

a. General Ledger?

b. Subsidary Ledger?

c. Sub-sub Ledger?

4. Sebutkan syarat-syarat dari General Ledger?

5. Apakah Offset Department itu?

6. Apa yang dimaksud dengan Jurnal Transaksi?

7. Sebutkan 2 metode pencatatan suatu transaksi dan jelaskan?

NB: KERJAKAN DI DOUBLE FOLIO BERGARIS (Tulis Tangan), SOAL LANGSUNG JAWAB YA !!!

TOLONG LIHAT FORMAT LAPORAN AWAL & AKHIR !!!

Minggu, 03 April 2011

KONVERSI PSAK KE IFRS

Review Jurnal
PERKEMBANGAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN
INDONESIA MENUJU INTERNATIONAL FINANCIAL
REPORTING STANDARDS

Rindu Rika Gamayuni
Jurnal Akuntansi Keuangan , Volume 14,NO 2
Juli 2009

ABSTRACT
The Indonesian Financial Accounting Standards needs to adopt IFRS, so that the Indonesian financial reports can be accepted globally and the Indonesian companies are able to enter the global competition to attract the international investors. Currently, the adoption by Indonesian PSAK is in the form of harmonization, which means partial adoption. However, Indonesian is planning to fully adopt the IFRS by 2012. Such an adoption will be mandatory for listed and multinational
companies. The decision as to whether Indonesia will fully adopt the IFRS or partly adopt for harmonization purposes needs to be considered carefully. Full adoption of IFRS will enhance the reliability and comparability of the financial reports internationally. However, it may contradict the Indonesian tax systems and other economic and political situations. If Indonesia were to adopt fully the IFRS by 2012, the challenges are faced firstly by the academic society and the companies. The curriculum, syllabi, and literature need to be adjusted to
accommodate the changes. These will take considerable time and efforts due to the many aspects related to the changes. Adjustments also need to be done by corporations or organizations, particularly those with international transactions and interactions. Full adoption also means the changing of accounting principles that has been applied as accounting standards worldwide. This might not be achieved in a short period, due to a number of reasons: (1) accounting standards are highly related with the tax systems. Adoption to IFRS internationally may change the tax systems in each country that fully adopt the IFRS. (2) Accounting standards
are accounting policies in order to fulfil the national political and economic necessities that vary in each country. This might be the significant challenges in fully adopting the IFRS

LATAR BELAKANG
Standar akuntansi di Indonesia saat ini belum menggunakan secara penuh (full adoption) standar akuntansi internasional atau International Financial Reporting Standard (IFRS). Standar akuntansi di Indonesia yang berlaku saat ini mengacu pada US GAAP (United Stated Generally Accepted Accounting Standard), namun pada beberapa pasal sudah mengadopsi IFRS yang sifatnya harmonisasi. Adopsi yang dilakukan Indonesia saat ini sifatnya belum menyeluruh, baru sebagian (harmonisasi). Era globalisasi saat ini menuntut adanya suatu sistem akuntansi internasional yang dapat diberlakukan secara internasional di setiap negara, atau diperlukan adanya harmonisasi terhadap standar akuntansi internasional, dengan tujuan agar dapat menghasilkan informasi keuangan yang dapat diperbandingkan, mempermudah dalam melakukan analisis kompetitif dan hubungan baik dengan pelanggan, supplier, investor, dan kreditor. Namun proses harmonisasi ini memiliki hambatan antaralain nasionalisme dan budaya tiap-tiap negara, perbedaan sistem pemerintahan pada tiap tiap negara, perbedaan kepentingan antara perusahaan multinasional dengan perusahaan nasional yang sangat mempengaruhi proses harmonisasi antar negara, serta tingginya biaya untuk merubah prinsip akuntansi. Teknologi informasi yang berkembang pesat membuat informasi menjadi tersedia di seluruh dunia. Pesatnya teknologi informasi ini merupakan akses bagi banyak investor untuk memasuki pasar modal di seluruh dunia, yang tidak terhalangi oleh batasan negara, misalnya: Investor dari Belanda bisa dengan mudah berinvestasi di Jepang, Amerika, Singapore, atau bahkan Indonesia. Kebutuhan ini tidak bisa terpenuhi apabila perusahaan-perusahaan masih memakai prinsip pelaporan keuangan yang berbeda-beda. Amerika memakai FASB dan US GAAP, Indonesia memakai PSAK-nya IAI, uni eropa memakai IAS dan IASB. Hal tersebut melatarbelakangi perlunya adopsi IFRS saat ini. Pengadopsian standar akuntansi internasional ke dalam standar akuntansi domestik bertujuan menghasilkan laporan keuangan yang memiliki tingkat kredibilitas tinggi, persyaratan akan item-item pengungkapan akan semakin tinggi sehingga nilai perusahaan akan semakin tinggi pula, manajemen akan memiliki tingkat akuntabilitas tinggi dalam menjalankan perusahaan, laporan keuangan perusahaan menghasilkan informasi yang lebih relevan dan akurat, dan laporan keuangan akan lebih dapat diperbandingkan dan menghasilkan informasi yang valid untuk aktiva, hutang, ekuitas, pendapatan dan beban perusahaan (Petreski, 2005). Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) mencanangkan bahwa Standar akuntansi internasional (IFRS) akan mulai berlaku di Indonesia pada tahun 2012 secara keseluruhan atau full adoption (sumber: Ikatan Akuntan Indonesia, 2009). Pada tahun 2012 tersebut diharapkan Indonesia sudah mengadopsi keseluruhan IFRS, sedangkan khusus untuk perbankan diharapkan tahun 2010. Dengan pencanangan tersebut timbul permasalahan mengenai sejaumana adopsi IFRS dapat diterapkan dalam Laporan Keuangan di Indonesia, bagaimana sifat adopsi yang cocok apakah adopsi seluruh atau sebagian (harmonisasi), dan manfaat bagi perusahaan yang mengadopsi khususnya dan bagi perekonomian Indonesia pada umumnya, serta bagaimana kesiapan Indonesia untuk mengadopsi IFRS, mungkinkah tahun 2012 Indonesia mengadopsi penuh IFRS?

Metode Penelitian

Harmonisasi Standar Akuntansi Internasional

Choi dan Mueller (1998) mendefinisikan akuntansi internasional adalah akuntansi internasional yang memperluas akuntansi yang bertujuan umum, yang berorientasi nasional, dalam arti yang luas untuk: (1) analisa komparatif internasional, (2) pengukuran dan isu-isu pelaporan akuntansinya yang unik bagi transaksi bisnis-bisnis internasional dan bentuk bisnis perusahaan multinasional, (3) kebutuhan akuntansi bagi pasar-pasar keuangan internasional, dan (4) harmonisasi akuntansi di seluruh dunia dan harmonisasi keragaman pelaporan keuangan melalui aktivitas-aktivitas politik, organisasi, profesi dan pembuatan standar. Choi, et al. (1999) menyatakan bahwa Harmonisasi merupakan proses untuk meningkatkan kompatibilitas (kesesuaian) praktik akuntansi dengan menentukan batasan-batasan seberapa besar praktik-praktik tersebut dapat beragam. Standart harmonisasi ini bebas dari konflik logika dan dapat meningkatkan komparabilitas (daya banding) informasi keuangan yang berasal dari berbagai Negara. Saat ini harmonisasi standar akuntansi internasional menjadi isu hangat karena berhubungan erat dengan globalisasi dalam dunia bisnis yang terjadi saat ini. Globalisasi bisnis tampak dari kegiatan perdagangan antar negara yang mengakibatkan munculnya perusahaan multinasional. Hal ini mengakibatkan timbulnya kebutuhan akan suatu standar akuntansi yang berlaku secara luas di seluruh dunia. Akuntansi sebagai penyedia informasi bagi pengambilan keputusan yang bersifat ekonomi juga dipengaruhi oleh lingkungan bisnis yang terus menerus berubah karena adanya globalisasi. Adanya transaksi antar negara dan prinsip-prinsip akuntansi yang berbeda antar negara mengakibatkan munculnya kebutuhan akan harmonisasi standar akuntansi di seluruh dunia. IASC (International Accounting Stadard Committe) adalah lembaga yang bertujuan merumuskan dan menerbitkan standar akuntansi sehubungan dengan pelaporan
keuangan dan mempromosikannya untuk bisa diterima secara luas di seluruh dunia, serta bekerja untuk pengembangan dan harmonisasi standar dan prosedur akuntansi sehubungan dengan pelaporan keuangan (Choi & Mueller, 1998). IFRS (Internasional Financial Accounting Standard) adalah suatu upaya untuk memperkuat arsitektur keungan global dan mencari solusi jangka panjang terhadap kurangnya transparansi informasi keuangan. Tujuan IFRS adalah memastikan bahwa laporan keungan interim perusahaan untuk periode-periode yang dimaksukan dalam laporan keuangan tahunan, mengandung informasi berkualitas tinggi yang: (1). Menghasilkan transparansi bagi para pengguna dan dapat dibandingkan sepanjang periode yang disajikan., (2). menyediakan titik awal yang memadai untuk akuntansi yang berdasarkan pada IFRS., (3). dapat dihasilkan dengan biaya yang tidak melebihi manfaat untuk para pengguna.

Hasil

  1. Standar Akuntansi Keuangan Indonesia perlu mengadopsi IFRS karena kebutuhan akan info keuangan yang bisa diakui secara global untuk dapat bersaing dan menarik investor secara global.
  2. Saat ini, adopsi yang dilakukan oleh PSAK Indonesia sifatnya adalah harmonisasi, belum adopsi secara utuh, namun indonesia mencanangkan akan adopsi seutuhnya IFRS pada tahun 2012. Adopsi ini wajib diterapkan terutama bagi perusahaan publik yang bersifat multinasoinal, untuk perusahaan non publik yang bersifat lokal tidak wajib diterapkan.
  3. Perlu dipertimbangkan lebih jauh lagi sifat adopsi apa yang cocok diterapkan di Indonesia, apakah adopsi secara penuh IFRS atau adopsi IFRS yang bersifat harmonisasi yaitu mengadopsi IFRS disesuaikan dengan kondisi ekonomi, politik, dan sistem pemerintahan di Indonesia. Adopsi secara penuh IFRS akan meningkatkan keandalan dan daya banding informasi laporan keuangan secara internasional, namun adopsi seutuhnya akan bertentangan dengan sistem pajak pemerintahan Indonesia atau kondisi ekonomi dan politik lainnya. Hal ini merupakan rintangan dalam adopsi sepenuhnya IFRS di Indonesia.
  4. Untuk mencapai adopsi seutuhnya (full adoption) pada 2012, tantangan terutama dihadapi oleh kalangan akademisi dan perusahaan di Indonesia. Jika ingin full adoption IFRS pada tahun 2012, berarti sebelum tahun 2012 kalangan akademisi khususnya bidang akuntansi harus siap terlebih dahulu terhadap perubahan ini dengan cara melakukan penyesuaian terhadap kurikulum, silabi, dan literatur. Penyesuaian terhadap perubahan ini memerlukan waktu dan usaha yang keras, karena penyesuaian terhadap peraturan yang baru menyangkut banyak aspek dan bukanlah hal yang dapat terjadi dalam waktu yang singkat. Bagi perusahaan atau organisasi, perubahan dilakukan terutama oleh perusahaan go publik atau perusahaan multinational yang melakukan transaksi dan berinteraksi dengan perusahaan lainnya secara international.
  5. Adopsi seutuhnya (full adoption) terhadap IFRS, berarti merubah prinsip-prinsip akuntansi yang selama ini telah dipakai menjadi suatu standar akuntansi berlaku secara internasional.

Sumber

Achmad, Fahmi. 2008. Bank wajib terapkan revisi PSAK pada 2010. Bisnis Indonesia.
http://web.bisnis.com/edisi-cetak/edisi harian/keuangan/1id39361.html
American Institute Certified Public Accountants. 2008. IFRS: An AICPA (American
Institute Certified Public Accountants) Background. Newyork. www.IFRS.com. 1
April 2009.
American Institute Certified Public Accountants. 2008. IFRS Primer for Audit
Committees. Newyork. www.IFRS.com. 1 April 2009.
Ashbaugh and Pincus. 1999. “Domestic Accounting Standard, International
Accounting Standards, and The Predictability of Earning”.
Barth, Landsman and Lang. 2005. “International Accounting Standards and
Accounting Quality”. Journal of Accounting.
Basir, Syarief. 2008. Adopsi Standar Auditing dan Assurance Internasional, Sudah
Sampai Dimana?. Majalah Akuntan Indonesia edisi No. 6 Tahun II Maret 2008.
Belkaoui, Ahmed, 1998, Accounting Theory, Penerjemah Marwata, dkk., Salemba
Empat, Jakarta.
Choi, Frederich, D.S.Frost, Carol A. and Meek, Gary K. 1999. “International
Accounting”. Prentice Hall, Upper Saddle River, NY.
Choi & Mueller. 1998. Akuntansi Internasional. Salemba Empat. Jakarta.
Delloitte News Letter. 2007. IFRS Convergence Planning. The Standards Up Date, Vol.1.
24 September 2007. www.auditmepost.blogspot.com. (Desember 2008).



KOMENTAR :
Sebagai negara yang tergabung dalam G20, Indonesia harus menyusuaikan standar akuntansi yang dipakai dengan standar yang berlaku di dunia. Indonesia saat ini masih memakai standar akuntansi nya sendiri yaitu STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ( SAK) , sementara yang dipakai oleh atau yang berlaku di dunia adalah INTERNASIONAL FINANCIAL REPORT STANDART ( IFRS ) . Untuk menyesuaikan standar tersebut agar laporan keuangan Indonesia dapat diterima secara global dan perusahaan-perusahaan Indonesia mampu memasuki persaingan global untuk menarik investor internasional , Indonesia berusaha melakukan konversi dari PSAK ke IFRS. Konversi dari PSAK ke IFRS itu dilakukan secara bertahap. Direncanakan konversi dari PSAK ke IFRS itu selesai pada tahun 2012.
Menurut pendapat saya, Indonesia harus melakukan konversi tersebut, karena sebagai anggota G20, Indonesia harus menyesuaikan standard laporan keuangannya dengan internasional. Karena sebagai anggota G20, banyak investor asing yang ingin menanamkan modal nya di Indonesia. Dalam melakukan konversi tersebut juga banyak yang tantangan yang harus di hadapi oleh Indonesia. Karena tidak semua standard IFRS yang sesuai dengan kondisi ekonomi Indonesia. Jadi pemerintah harus benar – benar teliti dalam menerapkan atau melakuakn konversi tersebut , agar tidak terjadi kebingungan di antara investor.
KONVERSI PSAK KE IFRS

Sebagai negara yang tergabung dalam G20, Indonesia harus menyusuaikan standar akuntansi yang dipakai dengan standar yang berlaku di dunia. Indonesia saat ini masih memakai standar akuntansi nya sendiri yaitu STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ( SAK) , sementara yang dipakai oleh atau yang berlaku di dunia adalah INTERNASIONAL FINANCIAL REPORT STANDART ( IFRS ) . Untuk menyesuaikan standar tersebut agar laporan keuangan Indonesia dapat diterima secara global dan perusahaan-perusahaan Indonesia mampu memasuki persaingan global untuk menarik investor internasional , Indonesia berusaha melakukan konversi dari PSAK ke IFRS. Konversi dari PSAK ke IFRS itu dilakukan secara bertahap. Direncanakan konversi dari PSAK ke IFRS itu selesai pada tahun 2012.

Prinsip atau standar akuntansi yang secara umum dipakai di Indonesia tersebut lebih dikenal dengan nama Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). PSAK disusun dan dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Ikatan Akuntan Indonesia adalah organisasi profesi akuntan yang ada di Indonesia. IAI yang didirikan pada tahun 1957 selain mewadahi para akuntan juga memiliki peran yang lebih besar dalam dunia akuntansi di Indonesia. Peran tersebut seperti yang telah disebutkan sebelumnya adalah peran adalam rangka penyusunan standar akuntansi. Standar akuntansi yang di Indonesia dikenal dengan nama PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) tersebut merupakan seperangkat standar yang mengatur tentang pelaksanaan akuntansi di dunia bisnis di Indonesia.

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia tersebut mengatur perlakuan akuntansi secara menyeluruh untuk berbagai aktivitas bisnis perusahaan di Indonesia. Standar-standar tersebut selain ditujukan untuk mengatur perlakuan akuntansi dari awal sampai ke tujuan akhirnya yaitu untuk pelaporan terhadap pengguna, standar-standar tersebut juga meliputi pedoman perlakuan akuntansi mulai dari perolehan, penggunaan, sampai dengan saat penghapusan untuk setiap elemen-elemen akuntansi. Standar-standar tersebut juga mengatur tentang pengakuan, pengukuran, penyajian dan pelaporan atas keuangan perusahaan. IAI selaku penyusun standar akuntansi di Indonesia tidak tinggal diam dalam menghadapi perubahan-perubahan yang turut berimplikasi kepada dunia akuntansi. Beberapa kali revisi terhadap beberapa pernyataan telah dilakukan untuk menyesuaikan standar akuntansi yang dibuatnya. Revisi pertama dilakukan pada tahun 1973 dengan melakukan kodifikasi atas standar-standar akuntansi dalam bentuk Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI). Revisi berikutnya dilakukan pada tahun 1984 dengan hasilnya adalah revisi berupa Prinsip Akuntansi Indonesia 1984 (PAI 1984). Selanjutnya revisi dilakukan pada tahun 1994. Revisi pada tahun 1994 dilakukan secara total terhadap PAI 1984 dan hasilnya adalah Standar Akuntansi Keuangan (SAK) 1994.
Dengan semakin berkembangnya laporan keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan dan karena adanya permintaan dari negara – negara yang tergabung dalam anggota G – 20, maka indonesia harus melakukan revisi terhadap PSAK dan melakukan penyesuian dengan standar yang dipakai di internasional yaitu IFRS. Salah satu bentuk revisi standar IAI yang berbentuk adopsi standar international menuju konvergensi dengan IFRS tersebut dilakukan dengan revisi terakhir yang dilakukan pada tahun 2007. Revisi pada tahun 2007 tersebut merupakan bagian dari rencana jangka panjang IAI yaitu menuju konvergensi dengan IFRS sepenuhnya pada tahun 2012. Skema menuju konvergensi penuh dengan IFRS pada tahun 2012 dapat dijabarkan sebagai berikut:
• Pada akhir 2010 diharapkan seluruh IFRS sudah diadopsi dalam PSAK;
• Tahun 2011 merupakan tahun penyiapan seluruh infrastruktur pendukung untuk implementasi PSAK yang sudah mengadopsi seluruh IFRS;
• Tahun 2012 merupakan tahun implementasi dimana PSAK yang berbasis IFRS wajib diterapkan oleh perusahaan-perusahaan yang memiliki akuntabilitas publik.
Tantangan yang harus dihadapi oleh Indonesia dalam melakukan konversi PSAK ke IFRS adalah masyarakat akademis dan perusahaan. Kurikulum, silabus, dan sastra perlu disesuaikan untuk mengakomodasi perubahan. Ini akan memakan waktu yang cukup dan usaha karena banyak aspek terkait dengan perubahan. Penyesuaian juga perlu dilakukan oleh perusahaan atau organisasi, terutama mereka dengan transaksi internasional dan interaksi.

IFRS mencakup:

* International Financial Reporting Standards (IFRS) – standar yang diterbitkan setelah tahun 2001
* International Accounting Standards (IAS) – standar yang diterbitkan sebelum tahun 2001
* Interpretations yang diterbitkan oleh International Financial Reporting Interpretations Committee (IFRIC) – setelah tahun 2001
* Interpretations yang diterbitkan oleh Standing Interpretations Committee (SIC) – sebelum tahun 2001.


KOMENTAR :

Menurut pendapat saya, Indonesia harus melakukan konversi tersebut, karena sebagai anggota G20, Indonesia harus menyesuaikan standard laporan keuangannya dengan internasional. Karena sebagai anggota G20, banyak investor asing yang ingin menanamkan modal nya di Indonesia. Dalam melakukan konversi tersebut juga banyak yang tantangan yang harus di hadapi oleh Indonesia. Karena tidak semua standard IFRS yang sesuai dengan kondisi ekonomi Indonesia. Jadi pemerintah harus benar – benar teliti dalam menerapkan atau melakuakn konversi tersebut , agar tidak terjadi kebingungan di antara investor.

Minggu, 06 Maret 2011

PSAK 53 menjadi ED PSAK 53

I. PENDAHULUAN

Setiap negara memiliki standar akuntansi yang berbeda – beda. Indonesia telah memiliki sendiri standar akuntansi yang berlaku di Indonesia. Prinsip atau standar akuntansi yang secara umum dipakai di Indonesia tersebut lebih dikenal dengan nama Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). PSAK disusun dan dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Ikatan Akuntan Indonesia adalah organisasi profesi akuntan yang ada di Indonesia. IAI yang didirikan pada tahun 1957 selain mewadahi para akuntan juga memiliki peran yang lebih besar dalam dunia akuntansi di Indonesia. Peran tersebut seperti yang telah disebutkan sebelumnya adalah peran adalam rangka penyusunan standar akuntansi. Standar akuntansi yang di Indonesia dikenal dengan nama PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) tersebut merupakan seperangkat standar yang mengatur tentang pelaksanaan akuntansi di dunia bisnis di Indonesia.
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia tersebut mengatur perlakuan akuntansi secara menyeluruh untuk berbagai aktivitas bisnis perusahaan di Indonesia. Standar-standar tersebut selain ditujukan untuk mengatur perlakuan akuntansi dari awal sampai ke tujuan akhirnya yaitu untuk pelaporan terhadap pengguna, standar-standar tersebut juga meliputi pedoman perlakuan akuntansi mulai dari perolehan, penggunaan, sampai dengan saat penghapusan untuk setiap elemen-elemen akuntansi. Standar-standar tersebut juga mengatur tentang pengakuan, pengukuran, penyajian dan pelaporan atas keuangan perusahaan. IAI selaku penyusun standar akuntansi di Indonesia tidak tinggal diam dalam menghadapi perubahan-perubahan yang turut berimplikasi kepada dunia akuntansi. Beberapa kali revisi terhadap beberapa pernyataan telah dilakukan untuk menyesuaikan standar akuntansi yang dibuatnya. Revisi pertama dilakukan pada tahun 1973 dengan melakukan kodifikasi atas standar-standar akuntansi dalam bentuk Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI). Revisi berikutnya dilakukan pada tahun 1984 dengan hasilnya adalah revisi berupa Prinsip Akuntansi Indonesia 1984 (PAI 1984). Selanjutnya revisi dilakukan pada tahun 1994. Revisi pada tahun 1994 dilakukan secara total terhadap PAI 1984 dan hasilnya adalah Standar Akuntansi Keuangan (SAK) 1994.
Dengan semakin berkembangnya laporan keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan dan karena adanya permintaan dari negara – negara yang tergabung dalam anggota G – 20, maka indonesia harus melakukan revisi terhadap PSAK dan melakukan penyesuian dengan standar yang dipakai di internasional yaitu IFRS. Salah satu bentuk revisi standar IAI yang berbentuk adopsi standar international menuju konvergensi dengan IFRS tersebut dilakukan dengan revisi terakhir yang dilakukan pada tahun 2007. Revisi pada tahun 2007 tersebut merupakan bagian dari rencana jangka panjang IAI yaitu menuju konvergensi dengan IFRS sepenuhnya pada tahun 2012. Skema menuju konvergensi penuh dengan IFRS pada tahun 2012 dapat dijabarkan sebagai berikut:
• Pada akhir 2010 diharapkan seluruh IFRS sudah diadopsi dalam PSAK;
• Tahun 2011 merupakan tahun penyiapan seluruh infrastruktur pendukung untuk implementasi PSAK yang sudah mengadopsi seluruh IFRS;
• Tahun 2012 merupakan tahun implementasi dimana PSAK yang berbasis IFRS wajib diterapkan oleh perusahaan-perusahaan yang memiliki akuntabilitas publik.
II . PSAK 53 ( AKUNTANSI KOMPENSASI BERBASIS SAHAM )
• Sebelum revisi
PSAK 53 bertujuan untuk untuk mengatur perlakuan akuntansi untuk kompensasi berbasis saham. Istilah “kompensasi” dalam Pernyataan ini mencakup semua imbalan yang diberikan oleh perusahaan kepada pemasok barang atau jasa. Pemasok mencakup pihak karyawan dan nonkaryawan. Dalam transaksi pemerolehan barang atau jasa, perusahaan dapat menempuh cara kompensasi dengan menerbitkan instrumen ekuitas atau mengakui kewajiban yang jumlahnya ditentukan berdasarkan pada harga saham atau instrumen ekuitas perusahaan. Untuk menarik karyawan berkualitas, perusahaan dapat merancang program kompensasi dengan memberikan instrumen ekuitas kepada karyawan. Demikian juga, untuk mengembangkan kemitran usaha dengan para pemasok dan mitra bisnis, perusahaan dapat menempuh cara yang sama. Ruang lingkup dari PSAK 53 adalah diterapkan pada semua transaksi pemerolehan barang atau jasa yang dilakukan oleh perusahaan dengan imbalan atau kompensasi berupa pemberian instrumen ekuitas atau berupa kewajiban yang jumlahnya ditentukan berbasis pada harga instrumen ekuitas, dan juga diterapkan pada semua transaksi kompensasi yang diberikan oleh perusahaan kepada karyawan dalam bentuk pemberian instrumen ekuitas seperti saham dan opsi saham.
Didalam PSAK 53 terdapat beberapa istilah yang sering digunakan, yaitu sebagai berikut :
• Penghargaan tetap (fixed award) adalah program kompensasi karyawan berbasis saham yang mensyaratkan bahwa untuk memperoleh hak kompensasi, karyawan harus memberikan jasa kepada perusahaan secara terus-menerus untuk jangka waktu tertentu tanpa memperhitungkan kondisi kinerja karyawan dalam penentuan hak kompensasi tersebut.
• Nilai intrinsik (intrinsic value) adalah selisih lebih antara harga pasar saham dan harga opsi saham pada saat eksekusi.
• Nilai minimum (minimum value) adalah nilai opsi yang dihitung dengan menggunakan model penentuan harga opsi (option-pricing model) tanpa memperhitungkan ekspektasi fluktuasi harga saham yang mendasarinya.
• Nilai wajar (fair value) adalah suatu jumlah yang dapat digunakan sebagai dasar pertukaran aktiva atau penyelesaian kewajiban antara pihak yang paham (knowledgeable) dan berkeinginan (willing) untuk melakukan transaksi yang wajar (arm’s length transacation).
• Perusahaan publik adalah perusahaan yang berbentuk hukum perseroan terbatas yang sahamnya telah dimiliki sekurang-kurangnya oleh 300 (tiga ratus) pemegang saham dan memiliki modal disetor sekurang-kurangnya Rp 3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah) atau suatu jumlah pemegang saham dan modal disetor yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
• Perusahaan nonpublik adalah perusahaan selain perusahaan publik atau perusahaan yang tidak memenuhi kriteria perusahaan publik.
• Masa bakti karyawan (service period) adalah periode pemberian jasa oleh karyawan yang menimbulkan hak karyawan atas kompensasi berbasis saham.
• Saham tanpa hak (nonvested stock) adalah saham yang tidak dapat dijual kepada pihak lain karena karyawan yang memperoleh saham tersebut belum memenuhi persyaratan untuk memperoleh hak kompensasi.
• Saham tanpa hak (nonvested stock) adalah saham yang tidak dapat dijual kepada pihak lain karena karyawan yang memperoleh saham tersebut belum memenuhi persyaratan untuk memperoleh hak kompensasi.
• Saham berbatas jual (restricted stock) adalah sejumlah saham yang penjualannya dibatasi selama periode tertentu karena adanya perjanjian atau karena adanya peraturan pemerintah, walaupun karyawan telah memenuhi semua persyaratan untuk memiliki saham tersebut.
• Penghargaan melekat (tandem award) adalah suatu program kompensasi dengan dua (atau lebih) komponen di mana apabila salah satu komponen dieksekusi maka komponen lainnya akan menjadi batal.
• Tanggal pemberian kompensasi (grant date) adalah tanggal saat perusahaandan karyawan mencapai kesepakatan mengenai persyaratan program kompensasi berbasis saham. Pada tanggal pemberian kompensasi, perusahaan memiliki kewajiban bersyarat untuk menerbitkan instrumen ekuitas atau mentransfer aktiva kepada karyawan yang memenuhi persyaratan untuk menerima hak kompensasi.
• Memperoleh hak kompensasi (vest) adalah memperoleh hak atas manfaat dari program kompensasi. Program kompensasi karyawan berbasis saham dianggap telah menjadi hak karyawan pada saat hak karyawan tidak lagi tergantung pada pemberian jasa karyawan atau tercapainya persyaratan kinerja untuk menerima atau mempertahankan saham atau kas dari program kompensasi tersebut.
• Volatilitas adalah suatu ukuran perubahan harga saham yang telah terjadi pada periode tertentu (historical volatility) atau suatu ukuran perubahan harga saham yang diharapkan akan terjadi pada periode tertentu (expected volatility). (Volatilitas suatu saham merupakan standar deviasi tingkat pengembalian majemuk (compounded) yang terus menerus dari suatu saham untuk jangka waktu tertentu).

Transaksi kompensasi non karyawan
Apabila perusahaan menerbitkan instrumen ekuitas sebagai kompensasi atas pemerolehan barang atau jasa dari pihak nonkaryawan, maka transaksi kompensasi tersebut harus diperlakukan berdasarkan pilihan nilai mana yang lebih terukur secara andal berikut ini: nilai wajar barang/jasa atau nilai wajar instrumen ekuitas yang diterbitkan.

Tujuan dan tanggal pengukuran
Tujuan pengukuran adalah untuk mengestimasi nilai wajar instrumen ekuitas berdasarkan harga saham pada tanggal pemberian kompensasi, yang akan menjadi hak para karyawan ketika mereka telah memberikan jasa yang dipersyaratkan dan memenuhi persyaratan lain untuk memperoleh hak atas manfaat instrumen tersebut (misalnya untuk melaksanakan opsi saham atau menjual saham).

Penentuan nilai wajar
Penentuan nilai wajar dilakukan sebagai berikut:
a) Nilai wajar ditentukan dengan dasar harga pasar pada suatu pasar yang aktif.
b) Apabila harga pasar tersebut tidak mungkin diperoleh maka nilai wajar ditentukan dengan estimasi berdasar pada harga aktiva sejenis.
c) Apabila estimasi tersebut tidak mungkin diperoleh maka nilai wajar ditentukan dengan metode penilaian yang sesuai dengan kondisi masing-masing.
Metode pengukuran
Kompensasi yang Dilakukan dengan Penerbitan Instrumen Ekuitas :
• Saham tanpa hak
Nilai wajar saham tanpa hak yang diberikan kepada karyawan diukur dengan harga pasar saham (atau harga pasar estimasian apabila saham tersebut tidak tercatat di bursa efek), seolaholah saham tersebut telah menjadi hak karyawan dan diterbitkan pada tanggal pemberian kompensasi.
• Saham berbatas jual
Saham berbatas jual dinilai sebesar nilai wajar saham yang berhak penuh (vested share) dan beredar (atau taksiran harga pasar, bila saham tersebut tidak tercatat di bursa efek).
• Opsi saham perusahaan publik
Nilai wajar opsi (atau yang setara) perusahaan public diestimasi dengan menggunakan model penentuan harga opsi (option- pricing model). Nilai wajar opsi yang diestimasi pada tanggal pemberian kompensasi tidak boleh disesuaikan walaupun terjadi perubahan harga saham, ketidakstabilan harga saham (stock’s volatilitas), periode opsi, dividen atas saham tersebut, atau suku bunga bebas risiko (risk-free interest rate).

Program pembelian saham oleh karyawan ( employee stock purchase plan)
Program pembelian saham oleh karyawan yang memenuhi semua kriteria yang terdapat dalam paragraf 29 bukan merupakan kompensasi kepada karyawan (not compensatory). Untuk program yang tidak bersifat kompensasi, jumlah diskonto (yang merupakan penjualan saham di bawah nilai wajarnya) mengurangi jumlah yang
diperoleh dari penerbitan saham.

Kompensasi yang dilakukan dengan pembayaran kas
Program kompensasi berbasis saham tertentu dapat menimbulkan kewajiban perusahaan kepada karyawan karena karyawan dapat menuntut perusahaan untuk memberikan kompensasi dengan pembayaran kas atau transfer aktiva lainnya kepada karyawan sebagai pengganti penerbitan instrumen ekuitas.

Pengakuan beban kompensasi
Jumlah beban kompensasi yang diakui untuk suatu program kompensasi karyawan berbasis saham ditentukan berdasarkan atas jumlah instrumen ekuitas yang pada akhirnya akan menjadi hak karyawan. Jika karyawan gagal memenuhi persyaratan jasa untuk memperoleh hak kompensasi pada suatu kompensasi penghargaan tetap (fixed award), maka beban kompensasi yang berasal dari program
kompensasi yang gagal dimiliki oleh karyawan, tidak diakui oleh perusahaan. Beban kompensasi juga tidak diakui jika perusahaan tidak mencapai suatu persyaratan kinerja (misalnya, perusahaan tidak mencapai laba bersih sebagaimana yang ditentukan dalam program). Namun, beban kompensasi akan tetap diakui apabila persyaratan memperoleh hak kompensasi atau eksekusi didasarkan pada suatu
target harga saham (target stock price) atau pada nilai intrinsic tertentu.

Program tambahan dan perubahan program yang sedang berjalan
Nilai wajar setiap program kompensasi instrumen ekuitas diukur secara terpisah berdasarkan persyaratan dan harga saham kini serta faktor-faktor terkait lainnya, pada tanggal pemberian kompensasi.

Penyelesaian program kompensasi
Jumlah kas atau aktiva lain yang dibayarkan (atau kewajiban yang timbul) untuk memperoleh kembali instrumen ekuitas yang telah menjadi hak karyawan dibebankan ke ekuitas, dengan syarat jumlah pembayaran tersebut tidak melebihi nilai instrumen yang diperoleh kembali. Perusahaan yang menyelesaikan program kompensasi yang belum menjadi hak karyawan dengan kas, pada dasarnya, memberi hak program kompensasi kepada karyawan. Oleh karena itu, jumlah beban kompensasi yang diukur pada tanggal pemberian kompensasi namun belum diakui, diakui pada tanggal pemerolehan
kembali.

Pengungkapan
Perusahaan yang memiliki satu atau lebih program kompensasi berbasis saham menyajikan penjelasan mengenai program kompensasi, termasuk persyaratan umum program kompensasi, seperti persyaratan pemberian hak kompensasi, periode maksimum opsi, dan jumlah saham yang ditetapkan untuk opsi atau instrument ekuitas lainnya.



• Sesudah Revisi menjadi ED PSAK 53

Yang membedakan PSAK 53 dengan ED PSAK adalah sebagai berikut:

1. Tujuan.
Dalam ED PSAK 53 tujuannya adalah Mensyaratkan entitas untuk menyajikan dalam laporan laba rugi dan laporan posisi keuangan dampak transaksi pembayaran berbasis saham.

2. Ruang lingkup.
Secara jelas membagi transaksi pembayaran berbasis saham dikelompokkan menjadi:
a.Transaksi pembayaran berbasis saham yang diselesaikan dengan instrumen ekuitas
b.Transaksi pembayaran berbasis saham yang diselesaikan dengan instrumen kas
c. Transaksi yang memberikan pilihan kepada entitas atau suplier untuk diselesaikan dengan instrumen ekuitas atau dengan kas.

3. Defenisi
Tanggal pemberian adalah tanggal pada saat persetujuan tersebut diperoleh.

4. Defenisi kondisi vesting
Dijelaskan dengan baik pada pedoman implementasi.

5. Pengukuran
Tidak mengatur.

6. Klasifikasi transaksi PBS yang diselesaikan dengan kas.
Entitas harus mengukur barang atau jasa yang diperoleh dan liabilitas yang timbul sebesar nilai wajar liabilitas. Sampai dengan liabilitas tersebut diselesaikan, entitas harus mengukur kembali nilai wajar liabilitas pada setiap akhir periode pelaporan dan pada tanggal penyelesaian, dimana setiap perubahan nilai wajar diakui dalam laporan laba rugi pada periode tersebut.

7. Transaksi Pembayaran berbasis saham yang memberikan opsi kepada entitas atau suplier untuk diselesaikan dengan instrument ekuitas atau kas. Transaksi PBS dimana persyaratan perjanjian memberikan pilihan kepada entitas atau suplier untuk diselesaikan dengan kas (atau aset lain) atau dengan penerbitan instrumen ekuitas, maka entitas harus mengakui transaksi tersebut atau komponen transaksi tersebut sebagai transaksi pembayaran berbasis saham dengan penyelesaian kas, jika dan sepanjang, entitas telah menimbulkan liabilitas untuk diselesaikan dengan kas atau aset lain, atau sebagai transaksi pembayaran berbasis saham dengan diselesaikan instrumen ekuitas jika dan sepanjang, tidak terdapat liabilitas yang timbul.

8. Ketentuan transisi
Retrospektif.

Sumber ;

www.google.com

Kamis, 06 Januari 2011

CV bahasa inggris

Curriculum Vitae


Personal Details

Full Name : Wahyu Putra
Sex : male
Place, Date of Birth : Muaro, June 9 1989
Nationality : Indonesia
Religion : Islam
Address : Jl H Ahmad no 26 Kukusan , Kec Beji , Depok
Mobile : 08561820626
E-mail : wahyu.putra@yahoo.com


Educational Background

1995 – 2001 : elementary school No 46, Muaro

2001 – 2004 : Junior high school N0 7 Sijunjung

2004 – 2007 : senior High school No 1 Sijunjung

2007 – Now : Gunadarma University

Course & Education

2007 – 2007 : English Language Course at LIA Depok

2009 – 2009 : Banking Application Audit With ACL Course at Gunadarma University

Selasa, 04 Januari 2011

Jurnal Penulisan Ilmiah

PENGARUH PROFITABILITAS DAN LEVERAGE TERHADAP LABA PER LEMBAR SAHAM PADA PT MEDCO ENERGY INTERNASIONAL TBK

Wahyu Putra ( wahyu.putra@yahoo.com)

Abstrak - Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan perusahaan. Data keuangan perusahaan terdiri dari neraca konsolidasi, laporan laba rugi, laporan perubahan arus kas, laporan perubahan modal dan catatan atas laporan keuangan. Untuk menentukan prospek dan resiko yang akan didapat dalam menginvestasikan dana pada suatu perusahaan ada baiknya menganalisa laporan keuangan dari perusahaan tersebut. Profitabilitas dan Leverage merupakan salah satu cara untuk mengetahui tingkat laba perlembar saham dan mengetahui kinerja dari perusahaan tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah profitabilitas dan leverage mempengaruhi laba perlembar saham. Data penelitian berupa data sekunder yang di dapat dari laporan keuangan yang telah di publikasikan. Laba perlembar saham merupakan variabel tidak bebas (dependent). Profitabilitas, Leverage merupakan variabel bebas (independent). Pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode regresi linier berganda dengan bantuan program SPSS 17. Kesimpulan yang di peroleh dari penelitian ini adalah ada pengaruh signifikan Profitabilitas terhadap laba per lembar saham atau EPS. Sedangkan Leverage tidak ada pengaruh signifikan terhadap laba per lembar saham atau EPS. Kalau Profitabilitas dan Leverage di gabungkan maka ada pengaruh yang signifikan terhadap laba per lembar saham.


1. PENDAHULUAN
Pada perusahaan terdapat dua cara pemenuhan kebutuhan dana yaitu dari sumber intern dan ekstern perusahaan. Sumber intern itu sendiri berasal dari sumber dana yang di hasilkan oleh perusahaan itu sendiri misalnya laba ditahan (retauned earning) maupun dari modal awal yang disetorkan oleh pemilik perusahaan. Apabila perusahaan memenuhi kebutuhan dananya dari sumber intern dikatakan perusahaan itu melakukan pendanaan intern (internal financing). Selain sumber intern,perusahaan juga dapat memenuhi kebutuhan dananya dari sumber eksternal (eksternal fianancing) , yaitu sumber dana yang berasal dari tambahan penyertaan modal dari pemilik atau emisi saham baru,penyertaan dengan menerbitkan saham atau obligasi bisa dilakukan kalau perusahaan tersebut sudah go public. Selain dari penerbitan saham dan obligasi,perusahaan juga dapat memperoleh modal dari eksternal yaitu dari pinjaman bank.
Perusahaan yang ingin mendapatkan pendanaan dari sumber eksternal yaitu dengan cara penerbitan saham, akan melakukan penawaran sahamnya di suatu tempat yang di namakan dengan pasar modal. Di pasar modal pihak yang kekurangan dana yaitu perusahaan (emiten) sendiri dapat menawarkan sahamnya kepada para investor yang memiliki kelebihan dana. Saham atau sekuritas atau disebut juga efek ditawarkan kepada investor dengan harga yang telah di tetapkan sebelumnya oleh emiten atau perusahaan. Sekuritas atau saham adalah secarik kertas yang menunjukkan hak pemodal (yaitu pihak yang memiliki kertas tersebut) untuk memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan perusahaan (emiten) yang menerbitkan sekuritas tersebut. Saham atau efek merupakan instrument jangka panjang yang hasil atau laba yang di bagikan kepada para investor atau pemegang saham disebut dengan deviden. Perdagangan saham biasanya terjadi di pasar sekunder yang merupakan pasar bagi sekuritas atau efek, setelah efek tersebut tercatat di bursa. Jadi pasar sekunder merupakan kelanjutan dari pasar perdana. Di Indonesia terdapat satu bursa efek yaitu BURSA EFEK INDONESIA (BEI), sebagai tempat berlangsungnya perdagangan efek di pasar sekunder.
Pada umumnya perusahaan yang sudah menerbitkan saham dan obligasi sudah mendapatkan persetujuan dari BAPEPAM-LK (Badan Pengawas Pasar Modal dan lembaga keuangan), yang merupakan lembaga yang telah di tunjuk oleh pemerintah khususnya Departemen Keuangan untuk mengawasi kinerja atau transaksi-transaksi yang di lakukan oleh perusahaan-perusahaan yang telah terdaftar di Bursa Efek . Investor atau calon investor yang ingin menanamkan dananya dalam surat berharga atau efek harus melakukan analisis surat berharga. Hal ini dilakuakan untuk menentukan prospek dan tingkat resiko dari surat berharga tersebut. Untuk dapat menganalisis surat berharga , investor atau calon investor memerlukan informasi yang relevan dan dapat dipercaya.Informasi yang dibutuhkan investor terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas, dan catatan atas laporan keuangan yang semuanya merupakan bagian integral laporan keuangan.
Profitabilitas, Leverage, dan Laba per lembar saham(Earning per share) adalah tolak ukur yang sering di gunakan dalam pengukauran kinerja perusahaan. Profitabilitas menurut R. Agus Sartono (1997:130) adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungan dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Rasio profitabilitas ini akan memberikan gambaran tentang tingkat efektifitas pengelolaan perusahaan. Leverage merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban financial baik jangka panjang maupun jangka pendek.Sedangkan Laba Per Lembar Saham atau Earning per Share (EPS), merupakan perbandingan antara jumlah earning dengan jumlah saham yang beredar.

Menyadari pentingnya Profitabilitas, Leverage, dan Earning Per share sebagai alat ukur untuk mengetahui kinerja perusahaan bagi para investor atau calon investor dalam menetukan prospek dan resiko dari sekuritas atau efek yang ingin di beli oleh investor , maka penulis tertarik melakukan penelitian mengenai permasalahan tersebut dalam penulisan ilmiah yang berjudul “PENGARUH PROFITABILITAS DAN LEVERAGE TERHADAP LABA PER LEMBAR SAHAM, PADA PT MEDCO ENERGI INTERNASIONAL Tbk.”


I.2 Rumusan masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka perumusan masalah untuk penulisan ilmiah ini, yaitu :
1. Apakah Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap Laba Perlembar Saham pada PT.Medco energy internasional Tbk ?
2. Apakah Leverage berpengaruh signifikan terhadap Laba Perlembar Saham pada PT.Medco Energy Internasional Tbk ?
3. Apakah Profitabilitas dan Leverage secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap Laba Perlembar Saham pada PT. Medco Energy Internasional Tbk?

I.3 Batasan Masalah
Karena banyaknya faktor yang mempengaruhi kinerja sebuah perusahaan, maka dalam penulisan ini penulis membatasi permasalahan sebagai berikut:
1. Data-data yang digunakan dalam analisis dan pembahasan penulisan ilmiah ini adalah data sekunder yang berupa data laporan keuangan publikasi tahunan PT.Medco Energy Internasional Tbk mulai dari periode tahun 2004, 2005, 2006, 2007 dan tahun 2008.
2. Dalam penulisan ilmiah ini penulis hanya akan membahas mengenai pengaruh profitabilitas dan leverage terhadap laba perlembar PT. Medco Energy Internasional Tbk dengan metode regresi linear berganda.




2. TINJAUAN PUSTAKA
1. Anggarit Kusuma Wardani, 21206127. ” Analisis Pengaruh Profitabilitas dan Leverage Terhadap Laba per Lembar Saham PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk”. Kesimpulan dari hasil penelitian tersebut adalah Profitabilitas dan Leverage memiliki hubungan yang negative artinya jika variable independent Profitabilitas dan Leverage mengalami penurunan, maka akan meningkatkan laba per lembar saham PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk.
2. Sri Yanti, 20203997, “ Pengaruh Financial Leverage terhadap Earning Per Share PT Indofood Sukses Makmur Tbk”. Kesimpulan dari hasil penelitian tersebut adalah Financial Leverage menunjukkan perubahan laba per lembar saham (EPS) sebagai akibat perubahan EBIT dan tingkat financial leverage mempunyai hubungan positif dari penelitian yang di dapat artinya, jika tingkat financial leverage tidak mengalami perubahan, maka EPS mempunyai pengaruh yang tidak sifnifikan terhadap variable pendapatan per lembar saham.
3. Dhita Ayudia Wulandari, 20205317, “ Analisis Pengaruh Profitabilitas, Leverage, dan ukuran perusahaan terhadap laba per lembar saham pada PT Multi Polar Corporation Tbk”. Kesimpulan dari hasil penelitian tersebut adalah rata-rata laba per lembar saham, profitabilitas, leverage, dan ukuran PT Multi Polar Co.Tbk, mengalami peningkatan.


3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian
PT Medco Energy Internasional Tbk, atau yang lebih dikenal Medco Energy adalah perusahaan public di Indonesia yang bergerak dalam bidang energi yang terintegrasi. Perusahaan ini bermula dari sebuah perusahaan kontraktor pertikelir di bidang jasa pengeboran minyak dan gas bumi di daratan (onshore drilling), Meta Epsi Pribumi Drilling Co, yang didirikan oleh Arifin Panigoro pada tanggal 9 Juni 1980. Bidang usaha Medco Energy termasuk dalam bidang eksplorasi, produksi minyak, dan gas bumi. Saat ini Medco Energy beroperasi di 15 wilayah kerja minyak dan gas yang tersebar di Indonesia yang terdiri dari Sumatera, Kalimantan, Sualwesi, dan Papua. Bidang usaha Medco Energy juga tersebar di luar negeri, di antaranya 1 wilayah kerja minyak di Oman, 1 wilayah kerja minyak dan gas di Libya, 1 wilayah keja minyak dan gas di Tunisia, 2 wialyah keja minyak dan gas di Yaman, dan 12 wilayah kerja di Amerika Serikat. PT Medco Energy internasional Tbk beralamat di Graha Niaga 16th Fl. Jl Jend. Sudirman Kav. 58 Jakarta 12190-Indonesia.

3.2 Data / Variabel yang digunakan
Data yang digunakan oleh penulis adalah :
1. Untuk mencari Profitabilitas PT. Medco Energy Internasional Tbk, penulis menggunakan data keuangan berupa laporan Laba Rugi konsolidasi periode tahun 2004, 2005, 2006, dan tahun 2008.
2. Untuk mencari Leverage PT. Medco Energy Internasional Tbk, penulis menggunakan data keuangan berupa Neraca Konsolidasi periode tahun 2004, 2005, 2006,2007, dan tahun 2008.

Variabel yang di gunakan dalam penulisan ilmiah ini terdiri dari :
1. Profitabilitas (variabel
independent )
2. Leverage ( variabel independent )
3. EPS ( variabel dependent )

3.3 Metode Pengumpulan data
Data yang digunakan oleh penulis berupa data sekunder. Data sekunder tersebut di peroleh oleh penulis dari website Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan alamat www.idx.co.id. Data yang dikumpulkan oleh penulis berupa data laporan keuangan publikasi tahunan pada PT Medco Energy Internasional Tbk periode 2004, 2005, 2006, 2007, dan 2008.

3.4 Alat Analisis yang Digunakan
1. Statistik Deskriptif merupakan bidang ilmu statistika yang mempelajari cara pengumpulan, penyusunan, dan penyajian data dari suatu penelitian. Dalam analisis deskriptif ini, penulis menghasilkan nilai total, rata-rata, nilai terendah, dan nilai tertinggi untuk variabel yang diteliti.
2. Statistik Inferensial, merupakan bidang ilmu statistika yang mempelajari cara penarikan kesimpulan berdasarkan sampel yang berhasil dikumpulkan. Dalam penelitian ini peniliti menggunakan uji regresi linear berganda untuk meneliti apakah terdapat pengaruh antara variabel dependent (EPS) dan variabel independent (Profitabilitas dan leverage) pada PT Medco Energy Internasional Tbk dengan rumus :






Keterangan :
a0, a1, a2 = Konstanta
X1= Profitabilitas modal sendiri
X2= Leverage





Rumus Profitabilitas :
1. Return on Asset (ROA)



2. Return on Equity (ROE)




Rumus Leverage :




3.5 Alat Pengolah Data
Penulis menggunakan bantuan program SPSS 17, karena software ini merupakan software yang paling sering digunakan dalam kegiatan penelitian dan juga mudah dipelajari.


4. PEMBAHASAN DAN HASIL

Hasil Penelitian dan Analisis

Perhitungan variabel bebas tahun 2004 hingga tahun 2008
a. Profitabilitas ( data berasal dari laporan laba / rugi konsolidasi , dalam US$)
ROA




Tahun 2004 =
74.544.468
= 0.050633123
1.472.247.068


Tahun 2005 =
74.697.259
= 0.048440796 = 0.048440796
1.542.932.928

Tahun 2006 =

38.170.368
= 0.020726935
1.841.582.823

Tahun 2007 =

38.355.045
= 0.018886575
2.030.809.932

Tahun 2008 =

280.204.095
= 0.14150123 1.980.223.646




ROE



Tahun 2004 =

74.544.468
= 0.149447168
498.801.473

Tahun 2005 =
74.697.259
= 0.140100062
533.170.775

Tahun 2006 =
38.170.368 = 0.071232277
535.857.751

Tahun 2007 =
38.355.045
= 0.069038696
555.558.649

Tahun 2008 =
280.204.095
= 0.382190521
733.152.915




b. Leverage (data berasal dari Neraca Konsolidasi dalam US$)



Tahun 2004 =
935.256.617
= 0.635257924
1.472.247.068


Tahun 2005 =
913.651.404
= 0.592152379
1.542.932.928

Tahun 2006 =
1.183.032.051 = 0.642399590
1.841.582.823

Tahun 2007 =
1.353.385.951 = 0.666426694
2.030.809.932

Tahun 2008 =
1.234.839.833 = 0.623586045
1.980.223.646


4.2.2 Perhitungan Variabel Tidak Bebas tahun 2004 hingga tahun 2008
Laba Perlembar Saham (data berasal dari laporan Laba / Rugi Konsolidasi dalam US$)
Tahun 2004 = 0.0240

Tahun 2005 = 0.0240

Tahun 2006 = 0.0123

Tahun 2007 = 0.0123

Tahun 2008 = 0.0913






















Tabel 4.1
Hasil Perhitungan variabel Bebas dan Tidak Bebas 2004 – 2008


Tahun Pengamatan
(n)
EPS
(Yi) Profitabilitas
Modal sendiri
(X1i) Leverage

(X2i)
2004 0.0240 0.200080291 0.635257924
2005 0.0240 0.188540858 0.592152379
2006 0.0123 0.091959212 0.642399590
2007 0.0123 0.087925271 0.666426694
2008 0.0913 0.523691751 0.623586045
∑n = 5

∑Yi =
0.1639

∑X1i =
1.090434092

∑X2i =

3.159822632


Sumber : Data hasil pengolahan berdasarkan data laporan keuangan perusahaan



4.2.3 Perhitungan dengan SPSS

Tabel 4.2
Hasil Perhitungan dengan SPSS
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
EPS .03 .033 5
Profitabilitas .21843948 .178494505 5
Leverage .63196453 .027214812 5


















Sumber : Data hasil pengolahan dari SPSS

Analisis Tabel 4.2 :

Rata – rata laba per lembar saham PT Medco Energy Internasional Tbk dari tahun 2004 sampai 2008 adalah 0.03
Rata – rata Profitabilitas PT Medco Energy Internasional Tbk dari tahun 2004 sampai tahun 2008 adalah 0.21843948

Rata – rata Leverage PT Medco Energy Internasional Tbk dari tahun 2004 sampai tahun 2008 adalah 0.63196453













Tabel 4.3
Variables Entered/Removed
Model Variables Entered Variables Removed Method
1 Leverage, Profitabilitasa . Enter
a. All requested variables entered.












Analisis tabel 4.3 :
Tabel Variable Entered / Removed menunjukkan bahwa tidak ada variable bebas atau variable Independent yang di keluarkan. Jadi kedua variable di masukkan dalam perhitungan.











Tabel 4.4
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) -.071 .058 -1.218 .347
Profitabilitas .190 .014 1.022 13.887 .005
Leverage .098 .090 .080 1.089 .390
a. Dependent Variable: EPS

Analisis

1. Pengaruh Profitabilitas terhadap Laba per lembar saham (EPS)

a. Hipotesis :

Ho : Tidak Pengaruh yang signifikan Profitabilitas terhadap laba per lembar saham atau EPS pada PT Medco Energy internasional Tbk.

Ha : Ada pengaruh yang signifikan Profitabilitas terhadap laba per lembar saham atau EPS pada PT Medco Energy Internasional Tbk.




b. Menghitung t penelitian

Hasil t penelitian dari data yang di proses melalui SPSS adalah 13.887

c. Menghitung t tabel

Tarif signifikan yang di tetapkan adalah 0.05. Sedangkan untuk mencari Derajat Kebebasan dipakai rumus DK = n-2. Jadi DK = 5-2 = 3. Jadi t tabel yang di dapat dengan melihat tabel distribusi t adalah 2.353.

d. Menentukan Kriteria

Jika t penelitian > t tabel maka H0 ditolak dan Ha diterima.
Jika t penelitian < t tabel maka H0 diterima dan Ha ditolak .
e. Membuat Keputusan

Berdasarkan hasil perhitungan di atas maka di peroleh t penelitian sebesar 13.887 , sedangkan t tabel adalah 2.353. Maka Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi ada pengaruh yang signifikan Profitabilitas terhadap harga per lembar saham pada PT Medco Energy Internasional Tbk.


2. Pengaruh Leverage Terhadap Laba per lembar saham (EPS)

a. Hipotesis
Ho : Tidak ada pengaruh signifikan Leverage terhadap Laba per lembar saham atau EPS pada PT Medco Enegy Intenasional Tbk.

Ha : Ada pengaruh signifikan Leverage terhadap laba per lembar saham atau EPS pada PT Medco Energy Internasional Tbk.


b. Menghitung t penelitian

Hasil t penelitian dari data yang di proses melalui SPSS adalah 1.089

c. Menghitung t tabel
Tarif signifikan yang di tetapkan adalah 0.05. Sedangkan untuk mencari Derajat Kebebasan dipakai rumus DK = n-2. Jadi DK = 5-2 = 3. Jadi t tabel yang di dapat dengan melihat tabel distribusi t adalah 2.353.

d. Menentukan Kriteria

Jika t penelitian > t tabel maka H0 ditolak dan Ha diterima.
Jika t penelitian < t tabel maka H0 diterima dan Ha ditolak .

e. . Membuat keputusan

Berdasarkan hasil perhitungan di atas maka di peroleh t penelitian sebesar 1.089, sedangkan t tabel adalah 2.353. Maka Ho diterima dan Ha ditolak. Jadi tidak ada pengaruh yang signifikan Leverage terhadap harga per lembar saham pada PT Medco Energy Internasional.




Tabel 4.5
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .995a .991 .981 .005
a. Predictors: (Constant), Leverage, Profitabilitas



3. Pengaruh Profitabilitas dan Leverage terhadap laba per lembar saham atau EPS
Analisis
Angka R Square adalah 0.991, angka tersebut dapat digunakan untuk melihat besarnya pengaruh Profitabilitas dan Leverage terhadap EPS dengan cara menghitung koefisien determinasi (KD) dengan menggunakan rumus :

KD = R2 X 100%
= 0.991 X 100%
= 99.1 %

Angka tersebut mempunyai maksud bahwa Profitabilisas dan Leverage secara bersama-sama mempunyai pengaruh terhadap laba perlembar saham.
Untuk menguji apakah model regresi diatas sudah benar atau salah diperlukan uji hipotesis. Uji hipotesis menggunakan
angka F yang tertera dalam tabel ANOVA :


Tabel 4.6
ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression .004 2 .002 106.141 .009a
Residual .000 2 .000
Total .004 4
a. Predictors: (Constant), Leverage, Profitabilitas
b. Dependent Variable: EPS
Analisis:
a. Hipotesis :
H0 : Tidak ada pengaruh yang signifikan Profitabilitas dan Leverage terhadap Laba per lembar saham atau EPS pada PT Medco Energy Internasional Tbk.
Ha : Ada pengaruh yang signifikan Profitabilitas dan Leverage terhadap Laba per lembar saham atau EPS pada PT Medco Enegy Internasional Tbk.

b. Menghitung F penelitian

Hasil F penelitian dari data yang di proses melalui SPSS adalah 106.141

c. Menghitung F tabel

Tarif signifikansi 5% atau 0.05 dan Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan numerator jumlah var ( k ) - 1 atau 2 - 1 = 1 dan Donumerator = jumlah kasus ( n ) – 2 atau 5 – 2 = 3. Dengan ketentuan tersebut didapat angka F tabel = 10.13
d. Menentukan kriteria hipotesis
Jika F penelitian > F tabel maka H0 ditolak, Ha diterima
Jika F penelitian < F tabel maka H0 diterima, Ha ditolak

e. Mengambil keputusan

Berdasarkan hasil perhitungan F penelitian sebesar 106.141 dan F tabel sebesar 10.13, maka H0 ditolak dan Ha diterima. Jadi ada pengaruh yang signifikan Profitabilitas dan Leverage terhadap Laba per lembar saham (EPS) pada PT Medco Energy Internasional Tbk. Dengan demikian model regresi yang di pakai di atas sudah benar.



4.3 Rangkuman Hasil Penelitian


Dari penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti , diperoleh hasil bahwa :
1. Dengan bersumber pada data laporan keuangan PT Medco Energy Internasional Tbk diperoleh persamaan regresi berganda :
Y = – 0.071 + 0.190 X1 + 0.098 X2
Nilai -0.071, merupakan nilai konstanta yang menunjukkan EPS yang diperoleh bila tidak ada variabel Profitabilitas dan Leverage. Sedangkan nilai Koefisien X1 = 0.190 menunjukkan bahwa setiap penambahan Profitabilitas sebesar $ 1, maka akan ada peningkatan EPS sebesar 0.190. Kemudian nilai koefisien X2 = 0.098 menunjukkan bahwa setiap penambahan Leverage sebesar $ 1, maka akan ada peningkatan EPS sebesar 0.098.
2. Berdasarkan hasil perhitungan di mana t penelitian sebesar 13.887, sedangkan t tabel 2.353 , maka ada pengaruh yang signifikan Profitabilitas terhadap laba per lembar saham atau EPS.

3. Hasil perhitungan t penelitian sebesar 1.089 , sedangkan t tabel 2.353 , maka tidak pengaruh signifikan Leverage terhadap laba per lembar saham atau EPS.

4. Angka R square 0.991, hal ini berarti dari variasi EPS dapat dijelaskan dengan variabel Profitabilitas dan Leverage sebesar 99.1 %. Artinya Profitabilitas dan Leverage sangat mempengaruhi laba per lembar saham atau EPS sebesar 99.1 %.
5. Dari uji ANOVA atau F test, didapat F hitung 106.141 dengan tingkat signifikan 0.009 jauh lebih kecil dari 0.05 maka model regresi bisa dipakai untuk memprediksi EPS atau bisa dikatakan Profitabilitas dan Leverage secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Laba per lembar saham atau EPS.

5. DAFTAR PUSTAKA

Darmadji, Tjiptono, dan Hendy, M.F, 2006, Pasar Modal di Indonesia, Edisi 1, Salemba Empat, Jakarta.

Kusumawardani, Angrawit, 2009, Analisis Pengaruh Profitabilitas dan Leverage Terhadap Laba per lembar saham Pada PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk, Universitas Gunadarma, Jakarta.

Muslich, Muhammad, 2003, Manajemen Keuangan Modern, Bumi aksara, Jakarta.

Napa, J, Awat, 1999, Manajemen Keuangan, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Situmorang, Paulus, 2008, Pengantar Pasar Modal, Edisi 1, Mitra Wacana Media, Jakarta.

Van Horne, C, James, and Wachowicz, M, John, 2005, Fundamentals of Financial Management, Edisi 12, Salemba Empat, Jakarta.

www.idx.co.id

LANGKAH – LANGKAH UNTUK MENJADI AKUNTAN PUBLIK

Dewan Kehormatan Ikatan Akuntansi Publik Indonesia (IAPI) Sukrisno Agoes mengatakan, profesi akuntan publik tidak diminati kalangan muda dan fresh graduate (sarjana baru).

"Dari 430 kantor akuntan publik (KAP) dan 2 koperasi jasa audit (KJA) di Indonesia, sebagian besar personelnya didominasi kalangan orang tua," katanya pada seminar yang diselenggarakan Himpunan Mahasiswa Akuntansi Universitas Padjadjaran (Unpad) di Bandung, Senin (16/3). Hadir pada kesempatan itu, Ketua IAPI Dra Tia Adityasih CPA dan sejumlah dosen Akuntansi Unpad.

Kurangnya minat kalangan muda karena profesi akuntan publik sangat berisiko. Namun, penghasilannya masih minim.

Menurut dia, risiko yang dimaksud adalah akuntan harus mampu menjaga independensi karena mengaudit laporan keuangan BUMN.

Ketua IAPI Tia Adityasih mengatakan, sampai sekarang, akuntan publik masih diatur oleh pemerintah berdasarkan keputusan Menteri Keuangan. Seharusnya, jika akuntan publik terkena kasus hukum, Departemen Keuangan harus bertanggung jawab.

Selain itu, kata dia, sekarang banyak "akuntan palsu" yang bebas membuka praktik. Ini terjadi karena belum ada pengawasan dari pemerintah, sementara "akuntan palsu" tidak bertanggung jawab kepada lembaga profesi. "Berbagai kasus hukum yang dihadapi akuntan publik masih merupakan kasus pidana, dan maksimal hukuman penjara lima tahun, padahal seharusnya menggunakan kitab undang-undang hukum perdata," katanya.

Menurut Sukrisno, jumlah akuntan publik di Indonesia masih sangat sedikit, dan tidak sebanding dengan banyaknya laporan keuangan yang harus diaudit.

Sejak disahkannya Undang-Undang Badan Hukum Pendidikan (UU BHP), akuntan publik harus mengaudit laporan keuangan semua perguruan tinggi negeri (PTN) dan perguruan tinggi swasta (PTS). Sedikitnya ada 87 PTN dan 2.700 PTS yang laporan keuangannya harus diaudit.

Selain itu, menjelang pemilu, akuntan publik harus mengaudit laporan keuangan partai politik, mulai dari parpol di pusat, hingga tingkat kabupaten. Padahal, jumlah akuntan publik saat ini masih sedikit. Terkait dengan kenyataan tersebut, Sukrisno kecewa terhadap pemerintah yang masih menganggap sepele profesi akuntan publik.

Guru besar Akuntansi Unpad Prof Dr Ilya Avianti, SE MSi Ak, mengatakan, pekerjaan akuntan publik memang hanya ditujukan bagi orang-orang yang "hobi akuntansi".

Meskipun penghasilan dari profesi ini sedikit. Namun, dari segi kualitas hasil kerja, akuntan publik masih jauh di atas akuntan perusahaan. "Akuntan publik berkesempatan mengaudit laporan keuangan dari berbagai bidang sehingga pada 10 tahun mendatang akan ada perbedaan kualitas antara akuntansi publik dan akuntansi perusahaan," kata Ilya


Cara Menjadi Akuntan Pajak
akuntansi pajak adalah akuntansi untuk keperluan pajak. akuntan Pajak dapat membuat beberapa uang yang cukup besar tergantung di mana Anda bekerja dan siapa Anda bekerja
Cara Cari Akuntan spesialisasi dalam Perencanaan Pajak
akuntan publik bersertifikat, atau CPA, harus memiliki banyak jam pelatihan untuk menangani akuntansi .
Instructions Petunjuk
1. Lengkap tinggi sekolah. Menyelesaikan sekolah tinggi nomor satu di hampir semua daftar pengusaha persyaratan hari ini karena semuanya menjadi jauh lebih maju dibandingkan sebelumnya. Sebuah GED dapat bekerja di beberapa bidang entry level tetapi jika Anda berharap untuk membuatnya di mana saja dalam hidup, ijazah sekolah tinggi adalah cara untuk pergi. Dianjurkan agar Anda tetap bersekolah dan mendapatkan pendidikan (terutama jika salah satu impian Anda adalah untuk bekerja untuk sebuah perusahaan BPA besar).
2. Pergi ke perguruan tinggi. College ini tidak banyak diperlukan jika Anda ingin menjadi seorang akuntan. Bahkan, dalam bidang-bidang yang paling entry level, semua yang Anda butuhkan adalah sertifikat akuntansi yang dapat diperoleh pada setiap perguruan tinggi. Namun, jika Anda ingin menjadi seorang akuntan pajak untuk KAP yang sangat penting, Anda akan memerlukan paling sedikit gelar 2 tahun di akuntan publik bahkan dipertimbangkan untuk posisi itu. Disarankan agar Anda berbicara dengan konselor sekolah tentang program-program apa yang mereka tawarkan dalam akuntansi. Bahkan jika perguruan tinggi tidak diperlukan, Anda masih mungkin ingin tetap melakukannya hanya untuk menjadi di depan permainan.
3. Mendapatkan posisi entry level. Jika Anda ingin menjadi seorang akuntan pajak untuk KAP terkenal, masuk akuntansi tingkat adalah batu loncatan berikutnya Anda setelah kuliah posisi tingkat Masuk dapat diperoleh pada setiap bisnis kota kecil pajak kantor atau kecil. Juga, direkomendasikan bahwa Anda menjaga posisi entry level Anda sekurang-kurangnya dua sampai empat tahun dan meninggalkan hubungan baik karena Anda akan lebih dari mungkin harus menyediakan referensi profesional untuk pergi setelah kerja lebih besar.